07 December 2007

MASALAHNYA: MENTALITAS!

Persepak bolaan di nusantara tercinta ini seperti tidak ingin ikut ketinggalan menjadi gambaran dari mentalitas sebagian besar pejabat di negeri ini: menghabiskan uang banyak, tapi tidak menunjukkan peningkatan mutu, boro-boro menghasilkan prestasi yang membanggakan.
Dana miliaran rupiah sudah dikuras untuk mengirim timnas ke negeri Samba. Tentunya dengan harapan timnas 'kebanggaan' kita bisa belajar banyak dan menunjukkan kehebatan "goyangan Samba" di lapangan hijau. Namun, yang justru ditampilkan adalah orang-orang yang canggung, yang gelagapan di lapangan.
Beberapa waktu lalu saya sempat mengobrol dengan seorang rekan yang pecinta sepakbola. Ia adalah orang yang cukup punya perhatian terhadap perkembangan persepak bolaan di negeri ini. Yang saya tidak bisa lupa dari hasil obrolan itu adalah kesimpulannya mengenai fakta yang saya singgung di atas mengenai biaya mengirim timnas kita berlatih ke luar negeri. Teman saya itu berkata, mau habiskan trilyunan pun akan percuma, sebab masalah dari pemain sepak bola di negeri kita adalah masalah mentalitas.
Kok ya mirip dengan masalah yang melekat pada diri para pejabat di negeri ini, terutama mereka yang menduduki kursi "basah" yang disebut (dengan tanpa hati nurani apalagi tanggung jawab): wakil rakyat.
Kepala saya sering nyut-nyutan bila teringat negeri tercinta ini. Tuhan berkahi dengan potensi alam dan sumberdaya bumi yang melimpah, tapi angka kemiskinan tinggi sekali. Dibanding Thailand, Indonesia punya lebh banyak pemain sepak bola, tapi kita jauh di bawah negeri Gajah Putih itu dalam kepemilikan pemain yang profesional. Kalo Thailand harus menyeleksi dari sekian ratus pemain untuk mencari yang unggul, Indonesia malah punya ribuan pemain untuk bisa diseleksi. Dari segi ini saja kita sebenarnya sudah unggul. Tapi yah itu, kuantitas ternyata tidak bisa menjamin kualitas. Orang yang bisa main sepakbola sih banyak, tapi yang punya mental sejati alias prof dalam bermain sepakbola yang nggak banyak.
Teman saya adalah pengamat yang baik (atau jangan-jangan ia termasuk golongan orang waras ditengah orang-orang yang sudah "lupa daratan" di negeri ini, yang bisa melihat dengan jernih persoalan mendasar bangsa ini?) ketika ia menyimpulkan bahwa masalah timnas kita adalah mentalitas, bukan kurangnya pendanaan atau apapun alasan lainnya.
Mungkin langkah pertama untuk menunjukkan profesionalitas persepak bolaan negeri ini adalah mengganti pimpinan PSSI--lembaga yang mewadahi persepak bolaan di negeri ini--dengan orang yang berintegritas, sehingga dijamin cukup bisa bekerja dengan profesional, bukan amatiran ala pedagang ataw politikus. Sebab pimpinan PSSI yang bermental full pedagang hanya akan mengelola sepak bola kita dengan motif benefit-oriented plus keserakahan untuk diri sendiri. Sedang bila ia bermental politikus, yah seperti istilahnya: poli (banyak) dan tikus(gambaran untuk sifat menggerogoti dan merusak, selain menyebar wabah penyakit), cuma akan menambah ruwet persepak bolaan negeri ini saja.
Langkah selanjutnya, rasanya boleh dicoba tuh menyekolahkan para pemain timnas kita ke sekolah kepribadian macam John Robert Powers atau pelatihan kepemimpinan yang cukup banyak di Jakarta;).
Siapa tahu dengan begitu, kita bisa punya timnas yang OK's banget ....
yahhh, siapa tahu?

Labels: