09 July 2008

MASIH HIDUP, TAPI SESUNGGUHNYA "MATI"

Beberapa waktu lalu, saya terperangah mendengar sebuah pernyataan yang keras dalam sebuah kotbah. Kalimat yang sampai saat saya mengetik artikel ini masih terus terngiang di telinga saya adalah begini: "Ada orang yang meskipun masih hidup, tapi sesungguhnya sudah mati!"

Masih hidup,tapi sesungguhnya sudah mati?
Dalam penjelasannya, sang pengkotbah memaparkan bahwa orang yang semacam itu adalah orang yang dalam hidupnya tidak memberikan sumbangsih apapun bagi sesamanya. Ia hidup memang, tapi cuma jadi penonton. Lebih buruk lagi, jadi benalu bagi sesamanya.

Begitu mendengar pemaparan itu, saya sontak bercermin pada diri sendiri. Saya ini orang yang masih hidup, tapi benarkah "hidup"? Atau jangan-jangan saya "sudah mati" dalam hidup saya?
Pertanyaan itu ternyata tidak berhenti sampai disitu saja.
Sejauh mana seseorang itu hidup dengan "benar-benar hidup"? Kalo sumbangsihnya begitu kecil, tidak berarti; apakah masuk kategori hidup tapi "mati" atau masih bisa dilihat sebagai hidup yang "benar-benar hidup"?

Phufffh ... untunglah si pengkotbah melanjutkan pemaparannya. Ia mengatakan lebih lanjut bahwa sumbangsih atau peran memberi arti dalam sebuah hidup yang sejati tidak dilihat dari besar-kecil, bermakna atau kurang bermakna. Itu harus dilihat dalam parameter: apakah orang itu sudah menjalankan peran atau fungsinya dengan baik--optimal dan efektif? Seorang pelajar baru benar-benar "hidup" kalau ia tekun belajar. Prestasi dan ketekunannya merupakan buah (baca: bukti) bahwa ia "benar-benar hidup". Pelajar yang belajarnya seenaknya, apalagi suka bolos dan lebih gila main game, jelas "sudah mati". Ia tidak bersumbangsih apa pun selain menghabiskan waktu percuma dan uang ortunya dengan sia-sia.
Seorang pelajar adalah contoh yang simpel.
Saya yakin Saudara bisa memberikan sederet contoh lain bagaimana seseorang itu "benar-benar hidup" atau masih hidup tapi "sudah mati".

Biarlah kita bisa bercermin diri dengan bertanya sungguh-sungguh:
"Apakah saya "benar-benar hidup" atau sesungguhnya "sudah mati" meski masih hidup?"

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home