09 June 2008

ORANG MISKINLAH YANG PUNYA KERAJAAN SORGA!

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3)

Krisis demi krisis secara ekonomi di negeri ini sedikit-banyak membantu saya untuk lebih memahami perkataan Kristus tersebut di atas.

Dulu, ketika uang seribu rupiah masih bisa membeli lima potong pisang goreng, saya kurang memikirkan kiamat.
Lalu, krisis terjadi, lantas uang seribu rupiah bergeser hanya bisa memboyong empat potong pisang goreng dari warung tetangga. Saya mulai waspada terhadap ungkapan-ungkapan eskatologis.
Sekarang, krisis sudah mirip sinetron kacangan yang justru (anehnya) bisa ditayangkan bersekuel-sekuel—seperti sinetron Tersandung, eh maksudnya Tersanjung yang bisa sampai sekuel tujuh (krisis ekonomi di negeri ini bakalan menyusul tuh sinetron deh kayaknya). Dampaknya di mata saya, uang segitu hanya bisa ditukar paling banyak tiga potong pisang goreng, itu pun dengan kualitas pisang yang lebih jelek dan di goreng dalam minyak yang jauh lebih seraaam dibanding dulu. Nah, saya mulai bertanya-tanya dengan serius: Tuhan Yesus, Engkau sudah mau segera datang rupanya? Ibarat bioskop, kondisi zaman seribu perak = dua-tiga potong PisGor itu seperti poster film yang di atasnya di pasang secara menyolok tulisan “COMING SOON.”

Dulu, ketika lima potong pisang goreng yang berbahan pisang kepok dan digoreng dalam minyak yang lumayan masih bening itu bisa dihadirkan di meja saya, rasanya kerinduan akan kedatangan Kristus yang kedua itu begitu jauh di awang-awang.

Sekarang, sadar atau tidak, saya kadang berbisik, “Tuhan, segera datang! Aku dah gak sanggup membayangkan harus membayar satu potong pisang goreng yang parah kondisinya dengan selembar seribuan …”

Pisang goreng memang contoh yang sangat simpel. Terlalu menyederhanakan situasi.
Namun kita bisa menggantinya dengan harga beras, sayur, minyak, dan kaum kerabatnya yang setiap hari wajib ada untuk menggerakkan kegiatan masak-memasak, kalo ingin bisa terus makan sehingga tetap hidup.
Semakin ke bawah kondisi perekonomian seseorang, rasanya semakin dekat Tuhan itu. Semakin sering nama-Nya disebut. Semakin khusyuk doa-doanya. Semakin rindu terbebas dari penderitaan di dunia ini. Semakin indah rasanya sorga itu, sampai semakin ingin segera pulang ke sana.

Tuhan, rasanya tidak perlu lagi deh Engkau mengizinkan satu tambahan sekuel krisis ekonomi di negeri ini. Rasanya umatmu di negeri ini sudah “eling” akan jadwal kedatangan-Mu kembali ke dunia ini.
Aku sendiri sudah mulai bisa berbisik penuh rindu, “Datanglah ya Tuhan Yesus!”
[meski lebih karena desakan ekonomi ketimbang kerinduan spiritualitas sejati …].

Yah, orang miskin memang orang yang paling memiliki Kerajaan Sorga.

Labels:

1 Comments:

Blogger katarina siena said...

hai, salam kenal,

saya juga baru mulai bisa paham akan makna dari firman Tuhan tentang Sabda Bahagia itu, mas.

bagaimana orang miskin cenderung lebih berpasrah kepada Tuhan, ketimbang orang kaya jaman sekarang yang berpasrah pada harta2nya yang melimpah di jaman skrng. kalo tiba2 Tuhan Yesus datang pas kita doa,"Tuhan, bagaimana aku benar2 bisa bertobat,?" dan Dia kembali menegaskan, "bagikan seluruh hartamu, ikutlah Aku," kita juga mungkin akan bingung:)
oh ya, saya sekedar berbagi link yang mungkin bisa jadi fakta :

http://www.psychologytoday.com/blog/the-human-beast/201005/why-atheism-will-replace-religion

mm, waktu itu Romo kami pernah berkata, jadi kaya itu boleh2 aja kok, dgn jalan yang lurus, krn itu berkat Tuhan. tapi pertanyaannya, apakah kekayaan itu jadi alat atau jadi tujuan hidup? apa kekayaan itu jadi alat kita untuk memberikanu yang terbaik bagi Tuhan; atau alasan kita menghadap ke Tuhan untuk berdoa. :)


Ad Maiorem Dei Gloriam.

August 16, 2010 at 1:28 AM  

Post a Comment

<< Home