01 July 2007

Gereja, Ber-"Mama Mia"lah!

Sejak dapat kesempatan bisa lihat tv (menonton maksudnya), saya jadi punya kesempatan buat sedikit gaul soal acara televisi. Salah satu hasil gaul saya adalah tahu kalo ada program teve Mama Mia di Indosiar.
Menarik sekali, dari 13 peserta yang lolos kualifikasi untuk bisa memperebutkan juara final, ada keragaman latar belakang yang cukup 'wah', mulai dari seorang pengamen yang bernama Ajeng, sampe tuna netra macam Fiersa.
Waktu saya melihat mereka berdua tampil unjuk kemampuan nyanyi, saya teringat pada gereja. Gereja yang mana aja, yang dihadiri siapa aja, tapi yang jelas dimiliki satu aja: Tuhan (jadi, pertanyaan yang benar adalah, "gereja yang mana?" dan bukan "gerejanya [punya] siapa?").
Ketika saya masih duduk di bangku SD, gereja yang saya hadiri punya jemaat yang beragam latar belakangnya. Mulai dari seorang bapak asli Tapanuli yang punya bengkel tambal ban kecil di perempatan jalan sampai pengusaha bisnis komputer yang keturunan Tionghoa. Mulai dari yang tiap datang ibadah pakaiannya sudah terjadwal tetap (itu-itu aja yang dipakai) sampai yang nyaris selalu tampil beda (coba, kalo setahun datang ibadah 52 kali, berarti punya stok baju 52 dong per tahunnya; duh, kalo udah sepuluh tahun, koleksi bajunya udah 520 donk?).
Mulai dari yang suka nongkrong ngopi di warung tegal seperti saya sampai yang biasa ngopi di cafe hotel berbintang, yang harga secangkirnya bisa buat ngopi tiap hari di warung selama sebulan.
Saya masih suka kangen dengan gereja saya yang dulu itu (sekarang sudah nggak seperti itu lagi, sudah diisi dengan orang sederajat dan seetnis saja; sekarang saya bergereja di tempat lain karena satu dan lain hal). Itu karena gereja saya yang dulu itu punya keragaman yang indah. Persis seperti kesan dari keragaman peserta program teve "Mama Mia" itu.
Saya kangen bisa beribadah di gereja yang menerima orang dari berbagai kalangan, yang tidak sungkan menerima orang yang sangat sederhana sekalipun (bahkan yang terpaksa pake sandal karena ga punya sepatu). Yang masa lalu pribadinya buruk dan sempat jadi gunjingan masyarakat. Yang ga populer. Bukan cuma yang naik sedan, yang penampilannya trendi en seksi, yang punya kedudukan terhormat di mata masyarakat.
Sebab kalo gereja nggak bisa menerima keragaman seperti itu, gimana bisa jadi saksi yang sejati? Sebab Tuhan ga panggil gereja hanya dari kalangan tertentu aja; Dia panggil gereja dari segala kalangan, 'Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi'.
Ah, moga nanti saya bisa melayani di gereja yang sudah ikut program "Mama Mia" dalam keragaman umatnya ...

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home