20 May 2007

BELAJAR MENDENGARKAN DENGAN NAIK ANGKOT

Sejak praktek weekend di Jombang, saya harus naik angkot dengan jarak tempuh terpanjang selama saya berada di Malang, yakni rute Kasin - terminal Landungsari.
Setiap kali saya mencegat angkot jurusan LG (Landungsari-Gadang), saya lebih sering naik angkot yang masih kosong daripada terisi penumpang. Jadilah, saya penumpang satu-satunya selama hampir separuh perjalanan ke terminal.

Awalnya, saya yang kebetulan lebih suka memilih duduk di depan--samping supir angkot--menikmati perjalanan itu dengan melamun atau menikmati apa yang bisa dilihat. Tapi beberapa waktu kemudian, saya iseng berbasa-basi dengan supir angkot bila dapat kesempatan duduk di depan. Hasilnya, saya 'terpaksa' mendengar curhat mereka. Kebanyakan mengeluhkan sepinya penumpang (tapi gak pernah sekalipun menyalahkan banyaknya armada angkot yang sejalur dengan mereka sebagai penyebab sepinya penumpang). Ada yang cerita panjang lebar mengenai Arema yang sedang bertanding (padahal saya gak terlalu suka sepakbola). Ada yang suka tanya-tanya tentang saya: di mana saya tinggal, trus begitu tahu saya bukan asli Malang tanya asal saya dari mana, kalo tahu saya mahasiswa pasti ditanya kuliah di mana ... dan seterusnya.
Namun yang lebih sering terjadi adalah, saya 'harus' mendengarkan mereka. Lumayan tidak mudah buat saya, sebab saya punya kecenderungan mendominasi pembicaraan ketimbang mengambil posisi sebagai pendengar yang setia ;)

Justru karena tidak mudah itu, saya 'malah' menikmatinya sebagai ajang pembelajaran untuk mendengarkan. Mulanya memang sulit, karena saya cenderung suka memotong dan ambil bagian untuk ikut ngomong (abis, ga tahan kalo terus-terusan mesti mendengar...).
Tapi lama-lama kok ya terbiasa. Hasilnya pun lumayan bagi saya: saya sudah lebih punya rentang konsentrasi mendengar lebih panjang. Kalo dulu mungkin cuma sanggup duduk tenang dan mendengarkan paling lama tiga menit, sekarang sudah bisa sampai lima menit (kecuali kalo sedang konseling, ya bisa tahan sampai lima belas menit, pernah sampai rekor dua puluh lima menit, pas dapet konseli yang rupanya masalahnya kompleks buanget; soalnya memang harus mendengarkan sih ... mosok konselor nyerocos, kan gak lucu donk).

Ternyata dengan naik angkot, saya bisa belajar mendengarkan!

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home