15 May 2007

BAHAN UNTUK "CARA PANDANG"

Hidup dalam lingkup 'sempit' macam asrama Seminari berhasil memaksa saya untuk belajar manyadari sesuatu. Sesuatu itu adalah bahwa cara pandang saya ternyata sangat ditentukan oleh 'bahan baku' yang masuk melalui indra saya, terutama pendengaran dan penglihatan.
Dari pemahaman saya, paling tidak ada tiga macam 'bahan baku' yang membentuk cara saya memandang sesuatu atau seseorang:

a. "Konon kabarnya ..." adalah bahan baku yang berasal dari bisik-bisik tetangga, limpahan gosip dan kabar burung (entah burung jenis apa yang bisa menyebar gosip), sampai kabar dari rumput yang bergoyang. Saya akan memiliki cara pandang terhadap si Anu atau sesuatu hal berdasarkan bahan baku ini; yang berimplikasi bahwa segala bisik-bisik, gosip sampai kabar dari rumput yang bergoyang itu membentuk cara pandang saya.

b. "Oh, Begitu ya ..." adalah bahan baku selain bisik-bisik tetangga atau gosip, juga menambahkan sedikit atau beberapa gelintir fakta. Cara pandang saya dalam kategori sumber bahan baku "oh, begitu ya ..." ini tidaklah melulu pada bisik-bisik/gosip, tapi juga saya mengambil sejumput fakta.

c. "Fakta: lihat dan alami sendiri" adalah bahan baku yang murni berisi fakta. Itu berarti, bila saya membentuk cara pandang terhadap seseorang atau sesuatu dengan bahan baku "fakta" ini, maka saya harus bersedia mengabaikan beragam bisik-bisik dan gosip yang jelas sangat menarik dan 'nikmat.' Cara pandang saya akan butuh waktu lama untuk terbentuk dengan utuh. Saya harus benar-benar mengenal dan memahami seseorang atau sesuatu itu, baru bisa memiliki cara pandang terhadapnya.

Menariknya, apapun pilihan saya sebagai bahan baku untuk membentuk cara pandang saya, itu selalu memiliki dampak. Tidak satu pun pilihan bahan baku itu netral.
Misalnya: Saya dalam situasi sedang mengenal seseorang. Sebut saja namanya Anu.
Bila saya mengolah "konon kabarnya" untuk membentuk cara pandang saya terhadap Anu, itu berarti saya akan segera menyusuri kolom 'gosip terkini' atau 'isu terpanas minggu ini' dari berbagai tabloid gosip dan surat-surat 'kaleng' (informasi tanpa sumber yang jelas) yang beredar. Itu masih ditambah dengan gunjingan sana-sini yang beredar, biasanya di kalangan PKK (Pembicaraan Kurang Kerjaan). Jadilah si Anu di mata saya adalah pribadi yang seperti semua bahan "konon kabarnya" itu. Apakah si Anu itu ternyata tidak seperti itu, itu mah urusan ketiga belas!
Bila saya mengolah "Oh, begitu ya" sebagai bahan baku untuk menilai atau memandang si Anu, maka selain bahan-bahan "konon kabarnya," saya juga menambahkan sedikit fakta yang saya lihat pada diri si Anu. Yah, kadang-kadang saya harus berhadapan dengan pilihan kesimpulan tentang si Anu yang bertolak belakang antara gosip dan bisikan yang saya peroleh dengan apa yang saya lihat dan alami dengan si Anu. Ini bisa sedikit merepotkan; dan nyatanya, saya kok cenderung terpengaruh dengan bahan bakunya "konon kabarnya' ya? Ah, mungkin karena bahan baku "konon kabarnya" itu tampak lebih sedap dan gurih ....
Namun bila saya memiliki cara pandang yang terbuat dari bahan baku "fakta: lihat dan alami sendiri," maka cara saya menilai atau memandang si Anu ya semata-mata atas dasar fakta. Saya harus mengabaikan bumbu 'gosip' dan penyedap rasa yang bermerek 'isu terhot masa kini tentang si Anu.' Proses terbentuknya cara pandang saya tentang si Anu pun menjadi lebih lama. Gak se-instant kalo saya memakai bahan "konon kabarnya." Agar repot sih, tapi ternyata hasilnya jauh lebih kinclong dan tahan lama.

Lalu, apakah saya selalu menyukai bahan baku "fakta: lihat dan alami sendiri" ini? Kok ya kalo mo jujur nggak selalu begitu ... meskipun hasil jadinya jelas jauh lebih bermutu.
Entahlah, mungkin karena saya suka masak mie instant dan menyeduh kopi bubuk [jelas yang instant, buatan pabrik gede donk].
(Padahal: kecenderungan saya untuk mengolah bahan baku untuk membentuk cara pandang saya melulu dari "konon kabarnya" atau sedikit lebih lumayan dari "Oh begitu ya" ini adalah karena natur saya yang berdosa, yang belum lahir baru [nah lo, istilah apa tuh? Silakan tanya lebih lanjut kalo baru denger atau kurang ngerti]).

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home