09 July 2007

CUEK IS THE BEST (?)

Seorang teman saya suka mengenakan kaus yang di belakangnya tercetak slogan: “cuek is the best”. Saya tidak tahu pasti apakah itu mewakili falsafah hidupnya, karena seringnya teman saya itu mengenakannya, atau hanya sekedar tempelan yang ada di kaus miliknya itu.
Tapi yang pasti, saya pernah menjalani hidup dengan falsafah yang semacam itu. Saya sempat berprinsip: selama itu tidak mengusik saya, masa bodoh. Mau orang jungkir balik, selama itu ga merugikan saya, silahkan, monggo, please.
Ternyata, tidak perlu kaum religius atau kelompok humanis yang mengingatkan bahwa itu adalah falsafah yang keliru. Oke lah sepintas tampaknya baik. Namun apa yang dalam istilah kerennya disebut individualis style itu, ternyata bukanlah sebuah falsafah hidup yang sesuai kodrat saya sebagai manusia.
Malah, seandainya saya seekor monyet pun, falsafah “cuek is the best” tidak berlaku. Hal ini karena para monyet, di balik egoisme mereka yang kental, ternyata memiliki sistem masyarakat permonyetan yang menolak ke-cuek-an, malah lebih mengusung kepedulian terhadap sesama (gak percaya? Silahkan cari sebuah penelitian dari psikolog aliran Behaviourisme mengenai sistem kepedulian para monyet dalam sebuah penelitian perilaku). Kalo pun sistem itu di mata Anda tidak terlihat, karena yang melulu tampak adalah sosok hewan yang egois, bukan berarti fakta adanya sistem tersebut tidak ada. Yah, manusia yang punya akal budi jauh lebih baik aja suka melanggar sistem, apalagi monyet yang akal budinya jauh di bawah manusia ...
Kesimpulannya, mari kita tinggalkan falsafah cuek is the best yang mungkin sadar atau tidak sudah kita anut dalam keseharian kita, dan belajar untuk lebih peduli. Masak Anda dan saya kalah sama monyet sih ...

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home