11 November 2007

MARI SEDIKIT REPOT DENGAN IMAN

Banyak orang berharap bahwa dengan beriman maka hidup di dunia ini akan lebih “mulus,” plus hidup bahagia selamanya di sono (baca: akherat, dalam kekekalan kelak). Harapan itu benar sekali. Tetapi pada prakteknya tidak semudah itu. Ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan berkaitan dengan apa yang dimaksud dengan “iman” itu.

Pertama, pada siapa (atau apa) iman itu disandarkan? Ini hal yang paling penting untuk kita pikirkan ketika kita berbicara mengenai iman. Sebab obyek iman kita menentukan hidup kita. Bila obyek iman kita adalah Allah, maka Allahlah yang menentukan bagaimana hidup kita. Bila obyek iman kita (sesembahan atau pujaan yang tertinggi dalam hati kita) adalah kekasih, maka kekasih kita itulah yang menentukan bagaimana hidup kita.
Daftar ini bisa kita teruskan berdasarkan realita obyek-obyek iman yang bertebaran di dunia ini: harta, kedudukan, kesenangan, kepuasan, kebencian, dendam, dan seterusnya. Anda jangan heran kalau saya memasukkan kebencian atau dendam dalam daftar obyek iman, sebab ada orang yang hidupnya begitu ditentukan oleh hal-hal macam itu; sehingga hal-hal macam itu menjadi semacam “allah” yang menentukan hidupnya.

Kedua, apa pengertian kita mengenai iman itu sendiri? Jawaban yang lazim atau umumnya kita peroleh: percaya kepada Allah (nah, di sini kita bisa melihat betapa iman itu biasanya dikaitkan dengan Allah; sehingga bila ada yang mengaitkan iman dengan hal-hal yang bukan Allah, maka itu tidak lazim, atau malah aneh bin amburadul). Jawaban ini lantas menimbulkan pertanyaan berikut: Percaya itu apa? Apa bedanya percaya kepada Allah dengan percaya bahwa kursi yang saya duduki kuat, percaya bahwa pacar saya setia pada saya, percaya bahwa besok masih belum kiamat?
Kekristenan memahami iman sebagai keyakinan yang seutuhnya yang bersandar hanya pada Allah Pencipta, Penebus dan Pemelihara.
“Keyakinan yang seutuhnya” berarti tidak menyisakan kebimbangan atau keraguan sedikit pun, seratus persen yakin.
“Bersandar hanya” berarti tidak ada sandaran lain, satu-satunya adalah Allah; itu berarti menolak ketergantungan pada apa pun selain hanya Allah saja.
“Allah Pencipta, Penebus dan Pemelihara” adalah Allah yang esa, yang menyatakan Diri dalam tiga Pribadi yang berkarya (kekristenan bisa mengetahui mengenai Allah semata bersumber dari apa yang Allah sendiri nyatakan, bukan pada kehendak manusia yang muncul dari dalam pemikiran atau permenungannya sendiri untuk bisa memahami Allah):
Allah Pencipta yang paling universal dikenal oleh umat manusia (dalam Kitab Suci Allah merindukan kedekatan umat-Nya pada Dia sehingga Dia mengijinkan umat-Nya yang dekat pada-Nya memanggil: Bapa),

Allah Penebus yang atas dasar cinta kasih yang begitu agung harus menjelma menjadi manusia agar dapat menebus manusia berdosa dari ancaman hukuman kekal, sehingga manusia boleh dilepaskan dari neraka kekal dan dikuduskan untuk layak masuk dalam sorga mulia yang kudus (dalam Kitab Suci secara antropomorfis [upaya untuk mencoba menggambarkan Allah yang sangat sulit digambarkan dengan bahasa manusia yang sangat terbatas] Allah ini disebut Allah Putera, sehakekat dengan Allah Bapa namun tidak satu pribadi dengan Allah Bapa; Bapa dan Putera bukan dua Allah, melainkan satu Allah; namun Bapa bukan Putera, begitu pula sebaliknya. Allah Putera adalah Allah menjelma, yang mengambil natur manusia—tanpa kehilangan natur ilahi-Nya—dengan misi penebusan umat manusia dari hukuman dosa, membayar harga atau hukuman yang sepantasnya ditanggung karena dosa yang manusia lakukan; karena penjelmaan-Nya yang harus mengabaikan keilahian-Nya dan mengenakan natur manusia guna misi penebusan itulah yang membuat Dia disebut Putera Tunggal Allah—yang Bapa peranakkan [ini istilah yang antropomorfis! Jadi bodohlah bila berhenti melihat istilah ini pada pemahaman manusia, karena tidak ada istilah yang mampu menggambarkan Allah yang tak terbatas itu] dengan membuahi rahim perawan Maria dengan Roh Allah sendiri, bukan benih lelaki, sehingga karena peristiwa penjelmaan itu melalui proses yang natural secara manusiawi, Dia disebut Putera. Putera disini memiliki makna unik, tidak serupa dengan putera dalam pemahaman anak manusia. Itu sebabnya guna menghindari kesalah pahaman yang lebih lanjut, Dia disebut Putera Tunggal Allah.

Allah Pemelihara adalah Roh Allah yang bekerja dalam hati orang percaya. Dia adalah Allah yang bersedia dekat dengan manusia, tanpa penjelmaan, namun juga tidak menghancurkan manusia—sebab Allah Yang Mahakudus tidak bisa didekati dosa, sehingga bila Dia “memaksa” untuk datang pada manusia secara langsung, maka manusia akan langsung binasa dan hancur karena kekudusan-Nya meluruhkan dosa—sebuah kecenderungan dan sifat yang dimiliki setiap manusia. Roh Allah yang kudus—yang kemudian disapa Roh Kudus—adalah Allah yang menerobos masuk dalam hidup manusia yang percaya (“yang percaya” adalah yang sungguh-sungguh memiliki iman kepada Allah Pencipta dan Penebus yang menjelma itu). Roh Kudus akan bekerja dalam setiap hati dan pikiran orang yang beriman dan bersedia hidup taat pada Allah; Dia bekerja secara ajaib dalam diri orang yang secara esensi sudah rusak karena dosa dan cenderung untuk berbuat berdosa, namun kemudian orang ini atas anugerah Allah menaruh keyakinan seutuhnya dan bersedia hidup bersandar pada-Nya.

Ketiga, iman adalah sesuatu yang harus nyata dalam hidup dan perbuatan. Inilah yang seringkali menjadi missing point (pokok penting yang hilang atau tidak ada) dalam hidup orang yang “katanya” sudah beriman pada Allah. Iman tanpa dinyatakan dalam hidup dan perbuatan seperti orang yang ingin menyalakan lampu, ia punya sumber listrik tapi tidak punya bola lampunya; sumber listrik sebesar apa pun dayanya akan percuma.
Mengaku: aku orang beriman pada Allah, tapi kelakuannya tidak jauh beda dengan ateis, yah, sama juga bohong ah … Jadi mirip produk palsu—luarnya persis aslinya, tapi kualitasnya palsu. Kitab Suci lebih keras lagi berbicara tentang iman yang tanpa diwujud nyatakan dalam perbuatan: iman yang mati!

Jadi, bagaimana sekarang pemahaman iman Anda dan implikasinya dalam hidup dan perbuatan Anda?

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home