11 July 2007

SEKALI INI AJA, SAYANG ...

(Lirik Lagu Pop:)
Teman Tapi Mesra ...
(Nah, sekarang cuplikan refrain lagu baru
dari sebuah grup band baru [juga] bernama SHE:)
"... Izinkan aku sekali saja, rasakan cinta yang lain.
Sekali saja kuingin memeluknya, dan cium bibirnya ..."


Saya pernah mendapat ajuan pertanyaan: “Seandainya harus memilih, berpoligami (punya istri muda dengan jalur resmi [?]) atau sekedar selingkuh resmi ala TTM tapi keluarga tetap utuh?”
Saya lantas menjawab dengan ketus, “Jelas nggak dua-duanya!”

Lalu sang penanya gak menyerah, dengan membatasi pilihan ia kembali maju, “Seandainya kamu cuma punya dua pilihan itu saja, tidak ada pilihan yang lain, yang mana yang akan kamu pilih?”
“Itu kan seandainya, dan bodohlah orang yang terpancing untuk memutuskan hal-hal seandainya, padahal itu menyangkut nilai moral yang semestinya dipegang. Gue tetap ga pilih dua-duanya. Gini aja, gue kasih tahu prinsip gue dah sama elo: dalam berelasi khusus (mo pacaran, mo married), gue cuma akan setia pada satu orang! Titik. Gak pake koma, apalagi titik koma!”

Anda terkesan dengan pendirian saya? Wait a minute! Tunggu dulu!
Itu kan yang keluar dari bibir saya ... Tapi jauh dalam hati saya, jujur saya masih mungkin tergoda untuk tertarik pada wanita lain selain kekasih saya. Saya masih sangat mungkin menilai wanita lain lebih cantik dari kekasih saya, lebih menarik, lebih menggairahkan.
Dan lagi: bukan cuma saya sendiri yang bisa tergoda dan punya mungkin dan sangat mungkin seperti itu. Kekasih saya juga bisa. Lha, sama-sama manusia kok. Sama-sama bisa tertarik dengan orang lain, sama-sama bisa mengakui bahwa orang lain lebih menarik dan menggairahkan dibanding saya. Lha, sama-sama makan nasi kok. Tapi biarpun saya makan nasi dan kekasih saya itu makan roti, tetap aja dia dan saya manusia.

Jadi, picik banget kalo Anda mengagumi kesetiaan saya;
Sebab sejujurnya alasan dibalik prinsip itu, ya kesadaran saya bahwa pasangan saya pun bisa berlaku sama dengan saya.
Cuma bedanya, apa yang kemudian menjadi prinsip yang saya atau kekasih saya pegang:
mo belajar setia atau ‘setia’ tapi dengan selingan (yang jelas-jelas bukan setia).
Belajar (nah ini kata yang penting) berarti saya akan mungkin sekali jatuh bangun dalam mengupayakannya; akan mungkin sekali gagal. Hanya saja, selama saya masih dalam upaya belajar, jatuhnya saya itu langsung direspon dengan bangkit kembali; gagalnya saya itu langsung dijadikan pelajaran berharga untuk lebih berhasil lagi.

Tetapi meski begitu, dalam belajar setia, tidak mungkin sampai pada ‘cari selingan’ dengan yang lain, tidak sampai ada WIL atau PIL. Kalo sudah sampai pada hal itu, berarti saya bukan sedang belajar, tapi sedang gagal untuk setia.

Apa Anda masih mau mencintai kekasih yang meski datang dengan umbaran kata-kata cinta dan rayuan maut, lalu meminta begini: “Sayang, ijinkan aku selingkuh (mungkin ga pake kata ini, dan menggantinya dengan kata-kata lain yang bila dengan seksama diamati punya kualitas yang tidak beda jauh dengan kata ini) sama Anu sekali aja. Kan cuma sekali, seterusnya sama kamu doang seorang... please, ya Sayang?”
Saya pribadi sih gak bisa. Entah kalo Anda, atau pasangan lain yang tahu kekasihnya menikmati selingan di luar hubungan mereka.

Sebab saya memang cukup tegas dalam kebijakan mengenai makna setia.
Persis tulisan yang dipajang di toko atau swalayan: ‘membuka segel berarti membeli’.
= selingkuh, meski cuma sekali, berarti tidak setia. Sebab apapun bentuknya, apapun istilahnya, apapun bungkusnya, selama isinya setara mutunya dengan perselingkuhan, ya tetap aja berselingkuh.

nota bene: gue khan bisa ngomong gitu karena belum punya kekasih aja. Coba kalo udah punya, apa iya bisa seperti yang gue tulis? Please, pray for me to do like what I’ve write, and give caution if I do it.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home